Lumajang, Jawa Timur — Gunung Semeru, gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, kembali menunjukkan aktivitas vulkanik pada Kamis pagi, 11 Desember 2025. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa letusan kali ini memuntahkan abu vulkanik setinggi sekitar 1.100 meter. Semburan abu bergerak ke arah barat daya, membawa potensi ancaman bagi wilayah permukiman dan lembah sungai di sekitar kaki gunung.
Meski tidak sebesar letusan pada 19 November 2025, abu vulkanik terlihat menutupi beberapa desa di lereng Semeru. Aktivitas ini menjadi pengingat kuat bahwa Semeru merupakan gunung berapi aktif yang dapat erupsi sewaktu-waktu. Masyarakat di kawasan rawan, khususnya di sepanjang aliran Besuk Kobokan, dihimbau agar selalu meningkatkan kewaspadaan mengingat jalur sungai tersebut kerap menjadi lintasan awan panas maupun aliran lahar.
Warga yang bermukim di sekitar lereng gunung menjadi kelompok paling rentan terhadap dampak erupsi. Pihak berwenang juga mengimbau wisatawan serta pendaki untuk sementara menjauhi zona berbahaya demi menghindari risiko paparan abu, potensi awan panas, dan ancaman lahar yang dapat muncul terutama saat hujan turun. Peringatan dini terus disampaikan melalui pos pengamatan untuk memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang akurat dan cepat.
Hingga saat ini, belum ada laporan korban jiwa atau luka akibat erupsi. Namun, kejadian pada 19 November lalu menunjukkan betapa besarnya risiko yang bisa ditimbulkan Semeru. Pada erupsi sebelumnya, sebanyak tiga orang mengalami luka-luka, lebih dari 500 warga harus mengungsi, dan rumah-rumah warga mengalami kerusakan. Sekitar 204 Hektare lahan pertanian terdampak parah, 21 rumah rusak berat, serta sejumlah fasilitas umum seperti sekolah dan pusat layanan kesehatan juga ikut terpengaruh. Pengungsian massal kala itu menjadi langkah penyelamatan yang terbukti mencegah jatuhnya korban jiwa lebih banyak.
Di tengah dinamika bencana alam yang tak dapat diprediksi, masyarakat diimbau untuk tetap bersiaga sekaligus mematuhi setiap instruksi otoritas setempat. Kesiapan dan kehati-hatian menjadi kunci utama dalam menghadapi kondisi gunung yang tidak stabil.
Terjadinya peristiwa ini kembali mengingatkan kita pada ajaran Islam tentang pentingnya menjaga keselamatan jiwa (hifz an-nafs) sebagai salah satu tujuan syariat. Bencana alam adalah tanda kekuasaan Allah sekaligus ujian bagi manusia agar senantiasa bersabar, memperkuat ikhtiar, dan saling membantu. Semoga saudara kita di sekitar Semeru diberikan perlindungan dan kekuatan, serta dijauhkan dari segala bahaya.
Penulis: Admin Wizstren
Tags:
WIZSTREN
Bencana Alam
Semeru